Jangan Anggap Remeh Singkong

SEBAGIAN kita boleh saja menganggap remeh singkong. Tapi, di negara lain, singkong telah menjadi komoditas yang memiliki dampak ekonomi besar. Bahkan, ada negara yang menjadikan singkong sebagai prioritas produk pertanian yang harus dikembangkan.

Total produksi singkong dunia di tahun 2003 mencapai 174,32 juta ton. Jumlah itu sedikit mengalami peningkatan dibandingkan 2001 (170,52 juta ton). Produsen utama singkong dunia secara berturut-turut adalah Nigeria, Brazil, Thailand, Indonesia, Kongo, Ghana, dan India.

Di Asia total, output produksi singkong turun sebesar tujuh persen yang direfleksikan oleh semakin kecilnya luas panen di Indonesia dan Thailand. Di Benua Amerika Latin, produksi singkong berkembang di beberapa negara, seperti Brazil, Kolombia, dan Bolivia.

Di Brazil, terjadi peningkatan produksi pada tahun 2000 sebesar 23 juta ton sebagai pengaruh dari baiknya harga jual petani, di samping kondisi iklim yang mendukung. Di Bolivia, peningkatan produksi terjadi sebagai akibat dari meluasnya areal panen. Sedangkan di Kolombia peningkatan produksi merupakan dampak langsung dari adanya dukungan internasional terhadap pengolahan singkong dan promosi penggunaan teknologi baru.

Di antara negara-negara lainnya, Thailand adalah negara termaju dalam pemanfatan singkong. Pada tahun 1998 saja, dari total produksi 15 juta ton singkong segar, Thailand telah mengekspor lebih dari 774 ribu ton tapioka. Oleh industri dalam negerinya, 970 ribu ton tapioka digunakan sebagai bahan baku industri pangan, MSG, pemanis buatan, kertas, tekstil, dan sebagainya. Saat ini, setelah adanya isu bioetanol, pemerintah Thailand telah membuat target untuk meningkatkan produksi singkong menjadi 34 juta ton pada tahun 2012 yang akan digunakan untuk industri gaplek (10 juta ron), etanol (9 juta ton), dan tapioka (15 juta ton).

Sedangkan di Negeria sebagai produsen terbesar singkong, pemerintah telah mencanangkan singkong sebagai urutan pertama dari lima komoditi unggulan di samping beras, minyak nabati, peternakan, dan perkebunan untuk dikembangkan secepatnya. Untuk itu, Nigeria telah menyusun sebuah dokumen perkembangan industri berbasis singkong dalam The Nigerian Cassava Industry: Statistical Handbook.

Di lain pihak, Cina sebagai net importer produk turunan singkong, telah membuat terobosan besar dengan mendirikan perusahaan negara yang mempunyai perkebunanan singkong lengkap dengan pabrik pengolahannya untuk tapioka, dan produk-produk turunannya seperti pati termodifikasi (modified starch).

Masih anggap remeh singkong? Jangan ah. (*)

Keatas